Selasa, 07 Juli 2009

pengantar pendidikan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang Masalah

Ada berbagai istilah yang dipergunakan untuk menyatakan keluarga. Keluarga bisa berarti ibu, bapak, anak-anaknya atau seisi rumah. Bisa juga disebut batih yaitu seisi rumah yang menjadi tanggungan dan dapat pula berarti kaum, yaitu sanak saudara serta kaum kerabat.

Pengertian ini mengacu pada aspek antropologis, yaitu manusia dalam lingkungan keluarga. Istilah keluarga berbeda dengan rumah tangga. Rumah tangga berarti suatu yang berkenaan dengan urusan kehidupan dalam rumah seperti belanja dan sebagainya. Oleh karena itu, ia bersifat material ekonomis. Orang yang mengatakan bahwa urusan sebelum, persiapkan dahulu rumah baru kemudian urusan rumah tangga mengacu pada pengertian pada pengertian material ekonomis tadi. Oleh karena itu pengertian rumah tangga dan keluarga itu dibedakan.

Namun demikian, istilah rumah tangga juga dapat disamakan artinya dengan keluarga. Arti dari rumah tangga (house hold) adalah sekelompok sosial yang biasanya berpusat pada suatu keluarga batih, yaitu keluarga yang terdiri dari suami/ayah, istri /ibu, dan anak-anak yang belum menikah atau memisahkan diri.

Definisi lainnya adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama.

Para sosiolog berpendapat bahwa asal usul pengelompokan keluarga bermula dari peristiwa perkawinan. Akan tetapi asal-usul keluarga dapat pula terbentuk dari hubungan antar laki-laki dan perempuan dengan status yang berbeda, kemudian mereka tinggal bersama dan memiliki anak. Anak yang dihasilkan darii hidup bersama ini disebut keturunan dari kelompok itu. Dari sinilah pengertian keluarga dapat dipahami dalam berbagai segi. Pertama, dari segi orang yang melangsungkan perkawinan yang sah serta dikaruniai anak. Kedua, lelaki dan perempuan yang hidup bersama serta memiliki seorang anak, namun tidak pernah menikah. Ketiga, dari segi hubungan jauh antara anggota keluarga, namun masih memilliki ikatan darah.

1.1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Sebutkan Pengertian Keluarga!

1.2.2 Sebutkan Fungsi dan Bentuk-bentuk Keluarga!

1.2.3 Mengapa Keluarga sebagai Inti Masyarakat ?

1.2.4 Mengapa Keluarga sebagai Lembaga Masyarakat ?

1.1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah mengetahui:

1.3.1 Penertian keluarga

1.3.2 Fungsi dan bentuk-bentuk keluarga

1.3.3 Mengapa keluarga disebut sebagai inti masyarakat

1.3.4 Mengapa Keluarga sebagai Lembaga Masyarakat

1.1.4 Metode Penulisan

a. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data yang menunjang penulisan adalah menggunakan metode kepustakaan, yaitu dengan cara membaca di buku-buku literatur, koran, internet, bukan dengan observasi langsung.

b. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan metode deskritif kualitatif, yaitu menjawab rumusan masalah dengan cara penyusunan data secara uraian dan kemudian menarik suatu kesimpulan dari rumusan masalah tersebut.

c. Jenis dan sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperoleh adalah berupa data sekunder, yaitu data-data yang berasal dari buku-buku dan internet

BAB II

PEMBAHASAN

1.2.1 Pengertian Keluarga

Ada berbagai istilah yang dipergunakan untuk menyatakan keluarga. Keluarga bisa berarti ibu, bapak, anak-anaknya atau seisi rumah. Bisa juga disebut batih yaitu seisi rumah yang menjadi tanggungan dan dapat pula berarti kaum, yaitu sanak saudara serta kaum kerabat.

Pengertian ini mengacu pada aspek antropologis, yaitu manusia dalam lingkungan keluarga. Istilah keluarga berbeda dengan rumah tangga. Rumah tangga berarti suatu yang berkenaan dengan urusan kehidupan dalam rumah seperti belanja dan sebagainya. Oleh karena itu, ia bersifat material ekonomis. Orang yang mengatakan bahwa urusan sebelum, persiapkan dahulu rumah baru kemudian urusan rumah tangga mengacu pada pengertian pada pengertian material ekonomis tadi. Oleh karena itu pengertian rumah tangga dan keluarga itu dibedakan.

Namun demikian, istilah rumah tangga juga dapat disamakan artinya dengan keluarga. Arti dari rumah tangga (house hold) adalah sekelompok sosial yang biasanya berpusat pada suatu keluarga batih, yaitu keluarga yang terdiri dari suami/ayah, istri /ibu, dan anak-anak yang belum menikah atau memisahkan diri.

Definisi lainnya adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama.

Para sosiolog berpendapat bahwa asal usul pengelompokan keluarga bermula dari peristiwa perkawinan. Akan tetapi asal-usul keluarga dapat pula terbentuk dari hubungan antar laki-laki dan perempuan dengan status yang berbeda, kemudian mereka tinggal bersama dan memiliki anak. Anak yang dihasilkan darii hidup bersama ini disebut keturunan dari kelompok itu. Dari sinilah pengertian keluarga dapat dipahami dalam berbagai segi. Pertama, dari segi orang yang melangsungkan perkawinan yang sah serta dikaruniai anak. Kedua, lelaki dan perempuan yang hidup bersama serta memiliki seorang anak, namun tidak pernah menikah. Ketiga, dari segi hubungan jauh antara anggota keluarga, namun masih memilliki ikatan darah.

Beberapa pengertian keluarga di atas secara sosiologis menunjukkan bahwa dalam keluarga itu terjalin suatu hubungan yang sangat mendalam dan kuat, bahkan hubungan tersebut bisa disebut hubungan lahir batin. Adanya hubungan ikatan darah menunjukkan kuatnya hubungan yang dimaksud. Hubungan antara anggota keluarga, tidak saja berlangsung selama mereka masih hidup, tetapi setelah mereka meninggal dunia pun masing-masing individu masih memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya, misalnya dengan cara mendoakannya atau berziarah kekuburannya.

Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam keluarga terdapat hubungan fungsional di antara anggotanya. Yang perlu diperhatikan di sini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan itu, yaitu struktur dalam keluarga itu sendiri. Struktur keluarga banyak menentukan pola hubungan dalam keluarga. Pada keluarga batih hubungan antar anggota mungkin saja lebih kuat karena terdiri dari jumlah anggota yang terbatas. Akan tetapi, pada keluarga luas, hubungan antara anggota keluarga sangat renggang karena terdiri dari jumlah anggota yang banyak dengan tempat terpisah.

Dengan memperhatikan berbagai definisi di atas, Horton dan Hurt memberikan beberapa pilihan dalam mendefinisikan keluarga yaitu:

1. Suatu kelompok yang mempunyainenek moyang yang sama.

2. Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah dan perkawinan.

3. Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak.

4. Pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak.

5. Para anggota suatu komunitas yang biasanya mereka ingin disebut sebagai keluarga.

1.2.2 Fungsi dan Bentuk-bentuk Keluarga

A. Fungsi Keluarga

Setelah sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada di dalamnya memiliki tugas masing-masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau di luar keluarga.

Fungsi di sini mengacu pada peran individu dalam mengetahui, yang akhirnya mewujudkan hal dan kewajiban. Mengetahui fungsi keluarga sangat penting sebab dari sinilah terukur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis. Munculnya krisis dalam rumah tangga dapat juga sebagai akibat tidak berfungsinya salah satu fungsi keluarga.

a. Fungsi Biologis

Fungsi biologis berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan seksual suami istri. Kelangsungan sebuah keluarga, banyak ditentukan oleh keberhasilan dalam menjalani fungsi biologis (seksual) ini. Apabila salah satu pasangan kemudian tidak berhasil menjalankan fungsi biologisnya, dimungkinkan akan terjadinya gangguan dalam keluarga yang biasanya berujung pada perceraian dan poligami.

b. Fungsi Sosialisasi Anak

Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mempersiapkan bekal selengkap-lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita , dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka. Dengan demikian, sosialisasi berarti melakukan proses pembelajaran terhadap seorang anak.

Proses sosialisasi tidak sewajarnya diberikan kepada orang lain. Peran oarng tua sangat besar dalam proses sosialisasi ini sebab dari anak akan meniru segala yang dilihat dan dipelajari dari orang tuanya. Apabila orang tua tidak menjalankan fungsi sosialisasi dengan baik, problem yang muncul adalah anak kehilangan perhatian. Setelah itu dia mencari tokoh lain selain orang tuanya untuk ditiru.

Semua masyarakat sangat menggantungkan diri kepada keluarga dalam hal sosialisasi sebagai persiapan untuk memasuki usia dewasa agar anak berperan secara positif di tengah-tengah masyarakat. Salah satu caranya adalah melalui pemberian model bagi anak.

c. Fungsi Afeksi

Salah satu kebutuhan dasar manusia ialah kebutuhan kasih sayang atau rasa dicinta. Pandangan psikiatrik mengatakan bahwa penyebab utama gangguan emosional, perilaku dan bahkan kesehatan fisik adalah ketiadaan cinta, yakni tidak adanya kehangatan dan hubungan kasih sayang dalam suatu lingkungan yang intim.

Kebutuhan kasih sayang ini merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi seseorang. Banyak orang yang tidak menikah sungguh bahagia, sehat, dan berguna. Oleh karena itulah, kebutuhan kasih sayang sangat diharapkan bisa diperankan oleh keluarga.

Belakangan ini banyak muncul kelompok sosial yang mampu memenuhi kebutuhan persahabatan dan kasih sayang. Tentu saja kelompok ini secara tidak langsung merupakan perluasan dari fungsi afeksi dalam keluarga. Akan tetapi, perlu diwaspadai apabila kebutuhan afeksi itu kemudian dimbil alih oleh kelompok lain di luar keluarga.

Kecenderungan dewasa ini menunjukkan bahwa, fungsi afeksi telah bergeser kepada orang lain, terutama bagi mereka yang orang tuanya bekerja di luar rumah. Konsekuensinya, anak tidak lagi dekat secara psikologis karena anak akan menganggap orang tuanya tidak memiliki perhatian. Lebih buruk lagi istri yang bekerja di luar rumah, senantiasa memanjakan anak-anaknya dengan barang-barang mewah (benda-benda yang bersifat materialistis), padahal kebutuhan sesungguhnya bagi anak bukanlah hal itu, melainkan keintiman, perhatian, dan kasih sayang tulus dari ibunya.

d. Fungsi Edukatif

Keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik manusia. Hal itu dapat dillihat dari pertumbuhan seorang anak mulai dari bayi, belajar jalan, hingga mampu berjalan. Semua itu diajari oleh keluarga.

e. Fungsi Religius

Fungsi religius dalam keluarga merupakan salah satu indikator keluarga sejahtera Dalam UU No. 10 Tahun 1922 tentang Perkembangan Kependudukan dean Pembangunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera disebutkan bahwa agama berperan penting dalam mewujudkan keluarga sejahtera. Dalam ketentuan umum kedua peraturan perundang-undangan itu dinyatakan bahwa “keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarka atas perkawinan yang sah, yang mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”.

Model pendidikan agama dalam keluarga dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

1. Cara hidup yang sungguh-sungguh dengan menampilkan penghayatan dan perilaku keagamaan dan keluarga.

2. Menampilkan aspek fisik berupa sarana ibadah dalam keluarga.

3. Aspek sosial berupa hubungan sosial antar anggota keluarga dan lembaga-lembaga keagamaan.

Pendidikan agama dalan keluarga, tidak saja bias dijalankan dalam keluarga, menawarkan pendidikan agama, seperti pengajian, majelis taklim, dan sebagainya.

f. Fungsi Protektif

Keluarga merupakan tempat yang nyaman bagi para anggotanya. Fungsi ini bertujuan agar para anggota keluarga dapat terhindar d ari hal-hal yang negatif. Dalam setiap masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan psikologi bagi seluruh anggotanya.

Namun fungsi perlindungan dalam keluarga itu lambat laun bergeser dan sebagian telah diambil alih oleh lembaga lainnya.misalnya dapat terlihat bahwa mula-mula laki-laki dari suatu keluarga melindungi anggotanya dengan menggunakan senjata, tetapi dewsa ini polisi dan petugas keamanan lainnya yang melindungi hak-hak bagi seseorang dalam kehidupannya. Lembaga-lembag a kesehatan, kini berusaha melindungi orang-orang dari serangan penyakit. Oleh karena itu, banyak fungsi perlindungan yang kini diambil alih oleh lembaga lainnya, seperti tempat perawatan anak-anak cacat tubuh dan mental, anak yatim piatu, anak nakal, dan orang-orang lanjut usia.

g. Fungsi Rekreatif

Fungsi ini bertujuan untuk memberikan suasana yang segar dan gembira dalam lingkungan. Fungsi rekreatif dijalankan untuk mencari hiburan. Dewasa ini, tempat-tempat hiburan banyak berkembang di luar rumah karena berbagai fasilitas dan aktivitas rekreasi berkembang dengan pesatnya. Media TV termasuk dalam keluarga sebagai sarana hiburan bagi anggota keluarga.

h. Fungsi Ekonomis

Demos mencatat bahwa “Keluarga adalah unit primer yang memproduksi kebutuhan ekonomi. Bagi sebagian keluarga, keadaannya seperti sebuah pabrik, masing-masing bekerja sesuai dengan tugasnya. Keluarga diposisikan sebagai tempat kerja bagi para anggotanya yang dewasa inin sudah berubah.”

i. Fungsi Penentuan Status

Dalam sebuah keluarga, seseorang menerima serangkaian status berdasarkan umur, urutan kelahiran, dan sebagainya. Status/kedudukan adalah suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Status tidak bias dipisahkan dari peran. Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai status. Status dan peran terdiri atas dua macam, yaitu status dan peran yang ditentukan oleh masyarakat dan status dan peran yang diperjuangkan oleh usaha-usaha manusia. Keluarga diharapkan mampu menentukan status bagi anak-anaknya. Yang dapat dijalankan dari fungsi status ini adalah menentukan status berdasarkan jenis kelamin.

B. Bentuk-bentuk Keluarga

Apabila membicarakan keluarga, asosiasinya langsung tertuju pada suami istri, anak-anak mereka, dan ikatan perkawinan dan ikatan darah. Oleh karena itulah istilah yang digunakanuntuk menunjuk kelompok orang seperti itu diinamakan conjugal famili (keluarga konjugal) yang menunjukkan arti keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Ada pula yang dinamakan hubungan kerabat yang sedarah (consanguine family) yang didasarkan pada pertalian darah dari sejumlah orang kerabat bukan berdasarkan pada pertalian kehidupan suami istri.

1. Keluarga Batih (Nuclear Family)

Keluarga batih adalah kelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya yang belum memisahkan diri membentuk keluarga sendiri. Keluarga ini bisa juga disebut sebagai keluarga konjugal (conjugal family), yaitu keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri bersama anak-anaknya.

Menurut Hutter, keluarga inti (nuclear family) dibedakan dengan keluarga konjugal (conjugal family). Keluarga konjugal terlihat lebih otonom, dalam arti tidak memiliki keterkaitan secara ketat dengan keluarga luas, sedangkan keluarga inti tidak memiliki otonomi karena memiliki ikatan garis keturunan, baik patrilineal maupun matrilineal.

Kenyataannya keluarga konjugal tidak memiliki ketergantungan terhadap unit keluarga lainnya. Oleh karena itulah, problem dalam keluarga semacam ini adalah ketiadaan pengawasan dari kerabat lainnya yang secara langsung memberikan peluang bagi terbukanya perceraian. Setelah menikah, mereka memilih tempat sendiri yang relatif berjauhan dengan keluarga luas. Dalam kegiatan yang sifatnya agak kolektif, keluarga konjugal masih relatif mementingkan sutau kebersamaan, namun sifatnya hanya merupakan suatu pilihan bukan kewajiban.

2. Keluarga Luas (Extended Family)

Keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek dan nenek yang sama termasukk keturunan masing-masing istri dan suami. Dengan kata lain, keluarga luas adalah keluarga batih ditambah kerabat lain yang memilki hubungan erat dan senantiasa dipertahankan. Sebutan keluarga yang diperluas (Extended Family) digunakan bagi sutau sistem yang masyarakatnya menginginkan beberapa generasi yang hidup dalam satu atap rumah tangga.

Istilah keluarga luas sering kali digunakan untuk mengacu pada keluarga batih berikut keluarga lain yang memiliki hubungan baik denganya dan tetap memelihara dan mempertahankan hubungan tersebut. Keluarga luas tentu saja memiliki keuntungan tersendiri.

Pertama, keluarga luas banyak ditemukan di desa-desa dan bukan pada daerah industri. Keluarga luas sangat cocok dalam kehidupan desa, yang dapat memberikan pelayanan sosial bagi anggota-anggotanya. Keluarga luas bisa juga diselenggarakan pada situasi apabila tidak ada lembaga-lembaga resmi.. orang jompo, cacat, dan orang sakit mampu disimpan dalam keluarga luas dan bbukan merupakan beban yang berat.

Kedua, keluarga luas mampu mengumpulakn modal ekonomi secara besar. Apakah sebuah perayaan perkawinan, membuka lahan baru, kedudukan dalam pemerintahan, atau membiayai anak cerdas berbakat. Anggota keluarga luas dibantu secara ekonomi, apabila telah mapan seolah-olah menjadi “hutang budi” bagi yang memberinya. Di lain pihak, kedudukan orang yang mampu memberikan keuntungan bagi anggota keluarga lain, ibarat sebuah bank. Dengan bantuan sanak saudara yang begitu luas, peluang membuka usaha baru sangat cepat dan dapat diwujudkan.

Mengapa dewasa ini bentuk keluarga besar tidak berkembang pesat ?. Jawaban yang pantas adalah dalam sistem masyarakat terdapat sistem keluarga tertentu, baik patrilineal maupun matrileneal yang lebih menjamin hubungan emosi antar para anggotanya.

Alasan lainnya yang menyebabkan suatu keluarga luas tidak lagi menjadi penting karena tidak ada satu keluarga pun yang secara terus menerus mampu memberikan kehidupan yang layak bagi keturunannya. Keluarga luas hanya mungkin bisa dipertahankan apabila keluarga tersebut memiliki kemampuan menguasai tanah secara luas dan kekayaan tertentu secara turun-temurun siap diberikan kepada keturunannya. Namun, bukti-bukti yang meyakinkan menunjukkan bahwa keluarga luas tidak lagi mampu memberikan tempat tinggal dalam lingkungan yang sama. Dalam suatu penelitian mengenai keluarga-keluarga Arab di Israel, tidak lagi ditemukan anak yang menjadi pewaris tunggal dari keluarganya. Hal ini karena setelah dewasa mereka meninggalkan tempat asalnya dan membentuk keluarga sendiri.

3. Keluarga Pangkal (Stem Family)

Keluarga pangkal, yaitu sejenis keluarga yang menggunakan sistem pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua. Keluarga pangkal ini banyak terdapat di Eropa zaman feodal. Para petani imigran Amerika Serikat dan di zaman Tokugawa Jepang. Pada masa tersebut seorang anak yang paling tua bertanggung jawab terhadap adik-adiknya yang perempuan sampai ia menikah, begitu pula terhadap saudara laki-lakinya yang lainnya. Dengan demikian, pada jenis keluarga ini, pemusatan kekayaan hanya pada saru orang.

4. Keluarga Gabungan(Joint Family)

Keluarga gabungan, yaitu keluarga yang terdiri atas orang-orang yang berhak atas hasil mmilik keluarganya, antara lain saudara laki-laki pada setiap generasi. Di sini, tekanannya hanya pada saudara laki-laki karena menurut adat Hindu, anak laki-laki sejak kelahirannya mempunyai hak atas kekayaan keluarga.

Kendati pun antar saudara laki-laki itu tinggal terpisah, mereka menganggap dirinya sebagai suatu keluarga gabungan dan tetap menghormati kewajiban mereka bersama, termasuk membuat anggaran perawatan harta keluarga dan menetapkan anggaran belanja. Lelaki tertua yang menjadi kepala keluarga tidak bisa menjual harta milik bersama itu. Pada tahun 1956 kedudukan hukkumm kesatuan ini di rubah sehingga mencakup saudara perempuan dan janda yang berhak atas milik keluarga.

5. Keluarga Prokreasi dan Keluarga Orientaasi

Keluarga Prokreasi adalah sebuah keluarga yang individunya merupakan orang tua. Adapun orientasi adalah keluarga yang individunya merupakan salah seorang keturunan. Ikatan perkawinan merupakan dasar bagi terbentuknya suatu keluarga baru (Keluarga Prokreasi) sebagai unit terkecil dalam masyarakat.

1.2.3 Keluarga sebagai Inti Masyarakat

1. Dari urgensi keluarga itu sendiri di tengah-tengah masyarakat. Pada bagian ini, keluarga ditempatkan sebagai lembaga sosial yang sangat penting dibandingkan dengan lembaga lainnya. Penjelasannya mengarah pada argumen-argumen yang menempatkan keluarga sebagai lembaga yang tiada bandingnya.

2. Dapat juga dijelaskan melalui sejarah keluarga. Pada bagian ini peran keluarga di tengah-tengah masyarakat memiliki kontribusi penting bagi terbentuknya lembaga-lembaga sosial pada umumnya. Keluraga merupakan sistem sosial yang terdiri dari berbagai subsistem yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Subsistem dalam keluarga adalah fungsi-fungsi hubungan antar anggota keluarga yang ada dalam keluarga, seperti fungsi hubungan ayah dengan ibu, anak dengan ayah, anak dengan ibu, and sebagainya.

Secara historis, peran keluarga di tengah-tengah masyarakat jauh lebih penting daripada sosial lainnya. Di kalangan masyarakat Eskimo Kutub misalnya, lembaga keluarga adalah lembaga tunggal, tidak ada lembaga lain, tidak ada kepala suku, tidak ada pastor atau paramedis, dan tidak spesialis pekerjaan. Semua kebutuhan hidup dapat dijalankan oleh anggota keluarga. Fungsi-fungsi keluarga (sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya) berjalan penuh dalam keluarga. Tidak satu pun fungsi keluarga itu diambil aloh lembaga lainnya. Misalnya, pada masyarakat primitif mereka melambangkan suatu pola perdagangan dengan tetangganya meskipun kedua suku sama sekali tidak bersahabat. Orang yang dapat dengan mudah menyimpan barangnya di tempat tertentu dan orang lain (di luar keluarganya) akan mengambil dan menggantikannya dengan barang dagangannya sendiri. Pekerjaan ini tidak memerlukan fungsionaris atau seorang petugas khusus. Oleh karena itu, kebanyakan masyarakat primitif tidak mempunyai kebutuhan fisik atau hubungan sosial yang memerlukan suatu struktur kelembagaan di luar keluarga. Berdasarkan ilustrasi inilah, keluarga merupakan inti dari masyarakat atu merupakan jantungnya masyarakat karena segenap kebutuhan masyarakat bermula dan dikerjakan dari keluarga.

Keluarga sebagai Kelompok Primer

Keluarga merupakan kelompok primer dalam masyarakat. Kelompok primer adalah suatu kelompok yang menyebabkan dapat mengenal orang lain sebagai suatu pribadi secara akrab. Hal tersebut dilakukan melalui suatu hubungan sosial yang bersifat informal, akrab, personal, dan total yang mencakup banyak aspek dari pengalaman hidup seseorang.

Istilah primer menggambarkan adanya tipe hubungan yang terjalin di antara para anggota-anggotanya. Kelompok primer dapat saja menangani suatu pekerjaan, namun penilaiannya didasarkan atas kulitas hubungannya bukan pada efisien dalam menyelesaikan pekerjaan. Kelompok primer dinilai dari kemampuannya untuk memberikan reaksi manusiawi yang memuaskan. Singkatnya, kelompok primer berorientasi pada hubungan intim.

Kelompok primer dipandang penting karena perasaan dan perilaku yang dijalankannya memiliki arti tersendiri. Dalam kelompok primer, seseorang mengemukakan keakraban, simpati dan rasa kebersamaan yang menyenangkan. Keluarga yang hadir di tenga-tengah masyarakat sebagai suatu kelompok primer, merupakan tempat menaruh harapan, kecemasan dan kesenangan di antar para anggotanya satu dengan yang lain.

Dewasa ini, banyak fungsi lama dari kelompok sekunder yang lebih besar. Play group (kelompok bermain) bagi anak di bawah lima tahun memberikan kehangatan tersendiri bagi merek, terutama dalam lingkungan yang ayah dan ibunya bekerja di luar rumah.

Meskipun kelompok sekunder berusaha mengambil alih peran kelompok primer dan menciptakan suasana keakraban dan kehangatan yang baru, berbeda, dan bahkan kelompokk primeracapkali dirusak atau dimodifikasikan oleh pengaruh kelompok sekunder, sebaliknya kelompok primer mampu mengimbangi pengaruh yang diberikan kelompok sekunder kepada anggota kelompok primer. Di sini, kelompok primer dapat menolak upaya kelompok sekunder yang diarahkan untuk merusak moral dan cita-cita kelompok primer.

1.2.4 Keluarga sebagai Lembaga Sosial

Konsep sosiologis mengenai lembaga berbeda dengan konsep yang umum digunakan. Sebuah lembaga bukanlah sebuah bangunan sekelompok orang dan bukan juga sebuah organisasi. Lembaga (institution) adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dianggap penting.

Pada saat itu keluarga adalah lembaga sosial yang paling elementer lembaga yang mendorong lainnya ikut berkembang. Awalnya, otoritas dalam masyarakat adalah otoritas keluarga, yaitu anggota sebuah keluarga memiliki wewenang bagi anggota keluarga lainnya. Kemudian meninngkatnya jumlah masyarakat dan struktur yang ada di dalamnya, mendorong diperlukannya suatu organisasi politik untuk mengatur masyarakat. Setelah pengaturan organisasi masyarakat dilakukan secara birokratis, peperangan merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Kemudian dengan cara yang sama, pendidikan dan agama ikut beralih membentuk lembaga tersendiri di luar keluarga. Secara berturut-turut kegiatan ekonomi di luar keluarga, dan begitu seterusnya sehingga fungsi-fungsi yang ada dalam keluarga perlahan-lahan keluar dari keluarga dan menbentuk lembaga tersendiri.

Proses terjadinya suatu lembaga sangatlah panjang. Mula-mula orang mencari cara praktis dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam pemenuhan kebutuhan itu, dibuatlah norma dan aturan. Dalam terbentuknya aturan bias tertulis dan tidak tertulis. Aturan itu ada yang mengikat para anggota masyarakat dan ada yang tidak. Kekuatan sebuah aturan dapat diketahui dari caranya (usage) masyarakat memperlakukannya, kebiasaan (folkways), dan adat istiadat(custom). Bila sudah dilakukan oleh masyarakat, norma tersebut telah melembaga. Adapun mengetahui apakah norma itu telah melembaga adalah dengan memahami, menaati, dan menghargai.

Norma yang telah melembaga itu pada akhirnya tumbuh dan berkembang di masyarakat kemudian membentuk institusi atau pranata. Terbentuknya pranata dalam sebuah masyarakat,, pada dasarnya mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk memberikan pedoman pada masyarakat untuk bertindak, menjaga keutuhan masyarakat, dan mengadakan sistem pengendalian sosial (social control).

Akibatnya, muncullah lembaga keluarga dalam masyarakat sebagai bagian dari pemenuhann kebutuhan perlindunga, kasih sayang, dan sebagainya. Lembaga keluarga ini kemudian memberikan pengaturan tertentu yang dapat diikuti manusia. Namun keluarga tidak dapat dikatakan sebagai lembaga, setidak-tidaknya mengacu pada adanya lembaga, yaitu:

a. Simbol Kebudayaan

Manusia telah menciptakan berbagai simbol untuk mengingatkan dengan cepat mengenai suatu lembaga. Misalnya simbol kebudayaan dalam keluarga ditonjolkan dalam ciri cincin kawin, pada negara disimbolkan oleh bendera dan pada sekolah disimbolkan oleh lambang sekolah, dan sebagainya. Rumah dapat pula jadi simbol keluarga, gedung sebagai bangunan sekolah yang berfungsi untuk menguatkan lembaga-lembaga. Oleh karena itu, sulit dibayangkan keluarga tanpa rumah, pendidikan tanpa gedung sekolah, dan negara tanpa istana.

b. Kode Prilaku

Orang terlibat dalam suatu lembaga dipersiapkan untuk melaksanakan peranannya secara tepat. Peran itu sering kali diungkapkan dalam kode (norma) yang resmi, seperti janji perkawinan, sumpah setia terhadap negara, dan kode etik beberapa kelompok kerja lainnya. Suatu kode/norma perilaku tidak menjamin pelaksanaan peran secara tepat. Suami atau istri bisa mengingkari janji perkawinan. Seorang warga negara dapat mengabaikan pembayaran pajak. Jika sering dipelajari dan sering diperkuat, kode prilaku itu mungkin akan dipatuhi. Seorang suami atau istri, harus senantiasa diingatkan dengan janji perkawinan untuk saling setia pada pasangan. Jika diingatkan dan tidak ada sanksi atasnya, kode perilaku itu akan dilanggarnya.

c. Ideologi

Di sini diartikan sebagai suatu sistem gagasan yang menyetujui seperangkat norma. Norma menetapkan berprilaku, sedangkan ideologi menjelaskan alasan yang melatarbelakangi suatu tindakan mungkin, dalam konteks yang lebih nyata, ideologi dalam keluarga mengarahkan pada berfungsinya suatu lembaga keluarga, antara lain dalam memelihara anak.

Mereka yang menjadi pemimpin dalam suatu lembaga biasanya akan menjaga wewenangnya dengan hati-hati. Seorang ayah sebagai kepala keluarga bisa menolak kebijaksanaan lembaga pendidikan yang mengikuktsertakan peserta didik untuk melakukan rekreasi pada akhir tahun dengan segala pertimbangan yang dimilikinya. Seorang pengusaha menolak pengendalian pemerintah meskipun memerlukan pertolongan dan subsidi darinya. Para pemuka agama dapat secara bebas membela ”keharusan agama dijalankan”, walaupun kebijakan pemerintah telah memasukkan pelajaran agama di sekolah. Oleh karena itu, perjuangan untuk mendapatkan dan mempertahankan otonomi lembaga (termasuk lembaga keluarga) tidak pernah berakhir.

BAB III

PENUTUP

1.3.1 SIMPULAN

Dalam pembuatan makalah ini dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai banyak arti, salah satu pengertian keluarga adalah ibu, bapak, anak-anaknya atau seisi rumah. Bisa juga disebut batih yaitu seisi rumah yang menjadi tanggungan dan dapat pula berarti kaum sanak saudara serta kaum kerabat dan masyarakat merupakan kumpulan beberapa keluarga yang dapat mendidik anak yang sesuai dengan yang diharapkan. Serta keluarga mempunyai fungsi dan bentuk yang masing-masing mempunyai peran tersendiri.

Senin, 06 Juli 2009

INTRODUSING


hey reader.....duh, gak tau harus nulis pa nie,, gini deh orang-orang yang jarang buat "cakil"(catatan kecil maksudnya),, yah biar gak berlete-lete,eh,,,,bertele-tele, langsung ja deh,, introdus for all,, my name is ace, all about me baca ja di the predator yah,,
kurang lebih nya kayak gitu deh gue(eit "gue") hehehe,,,
= it's me,,
oya, jangan di tanya yah knaoa foto na kayak gitu,,
bukan ngikutin gaya cicak loh,, bukan juga pengen jadi model,, tapi pas lagi jalan2 eh,, iseng foto2,, finish kyk gtoe deh hasil nya....

thank for atention,,,,